Sunday, 25 December 2016

MANUSIA DAN KEBUDAYAAN


https://ngelurukilmu.com

BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
               Setiap bangsa memiliki kebudayaan sendiri. Di Indonesia kebudayaan yang ada merupakan perpaduan dari budaya-budaya yang berkembang. Oleh karena itu perpaduan seluruh budaya yang ada dapat disebut dengan budaya nasional.
            Budaya bangsa Indonesia yang sangat kaya yang menggambarkan  jati diri bangsa, saat ini sedang menghadapi tantangan yang sangat dahsyat. Arus budaya pop, terutama yang menyerang generasi muda dan menyerang aspek-aspek kehidupan manusia yang sehat. Budaya yang menyerang generasi bangsa adalah  budaya yang menempatkan materi atau kenikmatan di atas segala-galanya. Masyarakat yang seperti ini adalah masyarakat yang memuja materi yang pada titik ekstrimnya tidak peduli dengan nilai-nilai religius. Masyarakat semacam ini adalah masyarakat yang tenggelam ke dalam kondisi masyarakat komsumen. Mereka dipenuhi oleh keterpesonaan, ketergiuran dan hawa nafsu yang melanda kehidupan masyarakat. Masyarakat yang dikelilingi oleh beberapa benda-benda dan merasakan kehampaan hidup dan kekosongan  jiwa akan makna-makna spiritualitas dan moralitas kemanusiaan.
             Berawal dari hal inilah kami ingin mengetahui lebih dalam tentang budaya yang mendorong kemajuan dan yang menyebabkan kemiskinan.
B.   Rumusan Masalah.
Dalam penulisan makalah ini rumusan masalah yang akan d kaji diantaranya:
1. Apa itu kebudayaan?
2. Hal apa yang menyebabkan adanya perubahan budaya?
3. Apa hubungan Islam dan sosial budaya?
4. Apa saja budaya yang mendorong kemajuan?
5. Apa saja budaya yang menyebabkan kemiskinan?
C.   Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya:
1. Untuk mendiskripsikan pengertian kebudayaan
2. Untuk mengetahui penyebab perubahan budaya
3. Untuk mengetahui hubungan Islam dan sosial budaya
4. Untuk mengetahui budaya yang mendorong kemajuan
5. Untuk mengetahui budaya yang menyebabkan kemiskinan
D. Manfaat Penulisan
    1. Menambah wawasan dan sebagai bahan bacaan.
    2.  Memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar.

BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan dalam bahasa belanda yaitu  cultuur, sedangkan dalam bahasa inggris yaitu culture yang berasal dari bahasa Latin “Colere” yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan.
Dari sudut bahasa Indonesia kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta “buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang bararti budi atau akal.
Pendapat lain mengatakan, bahwa “budaya” adalah sebagai suatu perkembangan dari kata majemuk budi-daya, yang berarti daya dari budi, karena itu mereka membedakan budaya dengan kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa. Kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut.
Prof. M.M Djojodiguno dalam bukunya “Asas-asas Sosiologi (1958) mengatakan bahwa kebudayaan atau”budaya” adalah dari budi, yang berupa cipta, karsa dan rasa.
Cipta adalah keinginan  manusia untuk mengetahui rahasia segala hal yang ada dalam pengalamannya,yang meliputi pengalaman lahir dan batin. Hasil cipta berupa berbagai ilmu pengetahuan.
Karsa adalah keinginan manusia untuk mengetahui dari mana manusia sebelum lahir dan kemana manusia sesudah mati. Hasilnya berupa norma-norma keagamaan atau kepercayaan.
Rasa adalah kerinduan manusia akan keindahan, sehingga menimbulkan dorongan untuk menikmati keindahan. Manusia merindukan keindahan dan menolak keburukan atau kejelekan. Buah perkembangan rasa ini terjelma dalam bentuk berbagai norma keindahan yang kemudian menghasilkan macam kesenian.[1]
Kebudayaan menurut ilmu antropologi adalah keseluruhan sistem gagsan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Maka dapat disimpulkan kebudayaan adalah hasil buah budi manusia  untuk mencapai kesempurnaan hidup, segala sesuatu yang diciptakan manusia baik yang kongkrit maupun abstrak.[2]
B.       Hal yang Menyebabkan Adanya Perubahan Budaya
Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat.
1.      Faktor pendorong perubahan
a.    Terjadinya kontak atau sentuhan dengan kebudayaan lain.
Bertemunya budaya yang berbeda menyebabkan manusia saling berinteraksi dan mampu menghimpun berbagai penemuan yang telah dihasilkan, baik dari budaya asli maupun budaya asing, dan bahkan hasil perpaduannya. Hal ini dapat mendorong terjadinya perubahan dan tentu akan memperkaya kebudayaan yang ada.
b.     Sistem pendidikan formal yang maju
Pendidikanmerupakan salah satu faktor yang bisa mengukur tingkat kemajuan sebuah masyarakat. Pendidikan telah membuka pikiran dan membiasakan berpola pikir ilmiah, rasional, dan objektif. Hal ini akan memberikan kemampuan manusia untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya memenuhi perkembangan zaman, dan perlu sebuah perubahan atau tidak.
c.    Sikap menghargai hasil karya orang dan keinginan untuk maju.
Sebuah hasil karya bisa memotivasi seseorang untuk mengikuti jejak karya. Orang yang berpikiran dan berkeinginan maju senantiasa termotivasi untuk mengembangkan diri.
d.    Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang.
Penyimpangan sosial sejauh tidak melanggar hukum atau merupakan tindak pidana, dapat merupakan cikal bakal terjadinya perubahan sosial budaya. Untuk itu, toleransi dapat diberikan agar semakin tercipta hal-hal baru yang kreatif.
e.    Sistem terbuka dalam lapisan-lapisan masyarakat.
Open stratification atau sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertikal atau horizontal yang lebih luas kepada anggota masyarakat. Masyarakat tidak lagi mempermasalahkan status sosial dalam menjalin hubungan dengan sesamanya. Hal ini membuka kesempatan kepada para individu untuk dapat mengembangkan kemampuan dirinya.
f.     Penduduk yang heterogen.
Masyarakatheterogen dengan latar belakang budaya, ras, dan ideologi yang berbeda akan mudah terjadi pertentangan yang dapat menimbulkan kegoncangan sosial. Keadaan demikian merupakan pendorong terjadinya perubahan-perubahan baru dalam masyarakat untuk mencapai keselarasan sosial.
g.     Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang tertentu
Rasa tidak puas bisa menjadi sebab terjadinya perubahan. Ketidakpuasan menimbulkan reaksi berupa perlawanan, pertentangan, dan berbagai gerakan revolusi untuk mengubahnya.
h.    Orientasi ke masa depan
Kondisiyang senantiasa berubah merangsang orang mengikuti dan menyesusikan dengan perubahan. Pemikiran yang selalu berorientasi ke masa depan akan membuat masyarakat selalu berpikir maju dan mendorong terciptanya penemuan-penemuan baru yang disesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan zaman.
i.      Nilai bahwa manusia harus selalu berusaha untuk perbaikan hidup.
          Usaha merupakan keharusan bagi manusia dalam upaya memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang terbatas. Usaha-usaha ini merupakan faktor terjadinya perubahan.[3]
2.      Faktor Internal
 antara lain:
a.    Bertambah dan berkurangnya penduduk (kelahiran, kematian, migrasi).
b.  Adanya Penemuan Baru:
1)   Discovery: penemuan ide atau alat baru yang sebelumnya belum pernah ada
2)   Invention : penyempurnaan penemuan baru
3)   Innovation atau Inovasi: pembaruan atau penemuan baru yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat sehingga menambah, melengkapi atau mengganti yang telah ada. Penemuan baru didorong oleh : kesadaran masyarakat akan kekurangan unsure dalam kehidupannya, kualitas ahli atau anggota masyarakat.
c.    Konflik yang terjadii dalam masyarakat
d.    Pemberontakan atau revolusi
3.      Faktor eksternal
antara lain:
1. perubahan alam
2. peperangan
3. pengaruh kebudayaan lain melalui difusi(penyebaran kebudayaan), akulturasi ( pembauran antar budaya yang masih terlihat masing-masing sifat khasnya), asimilasi (pembauran antar budaya yang menghasilkan budaya yang sama sekali baru batas budaya lama tidak tampak lagi).[4]
 C.  Islam dan Sosial Budaya
Kehidupan manusia tidak lepas dari perkembangan budayanya. Sejak manusia berada di bumi di situ manusia telah mengembangkan budayanya, yang muncul sebagai interaksi antar anggota masyarakat. Dalam kaitan interaksi antar manusia itu Al-Qur’an menjelaskan :
hai manusia, Sungguh Kami telah menciptakan kamu dari seorng laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal” (QS. Al-Hujurat 13).[5]
Kebudayaan yang berkembang harus disesuaikan dengan ajaran Islam, sebab Islam agama yang multi dimensi yang salah satunya dinyatakan dalam Al-Qur’an :
Bukankah menghadapkan wajahmu ke timur dan barat itu suatu kebajikan, namun sesungguhnya kebajikan iti adalah beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, para nabi, dan memberikan harta yang di cintai kepada kerabat, anak yatim ,orang-orang miskin, musafir, peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam perperangan, mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah 177).
Di satu sisi, ayat tersebut memberi pemahaman bahwa Islam mengharuskan sikap mengabdi yang tulus kepada Allah. Di sisi lain, Al-Qur’an mengkaitkan aspek ritual ibadah keagamaan dengan aspek kemasyarakatan, ibadah muamalah yaitu tanggung jawab sosial untuk membebaskan manusia yang lemah dari belenggu kemiskinan, kesenjangan sosial, ketidak adilan, penyelewengan hak-hak asasi dan sebagainya.
Budaya yang berkembang di dunia Islam saat ini adalah budaya yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam seperti budaya negatif ala Barat.Barat telah menjadi kiblat dalam berseni dan berfikir serta berprilaku. Budaya-budaya negatif ini banyak berkembang. Gambaran budaya merupakan prinsip yang mereka anut. Prinsip hidup mereka adalah materialisme dan hedonisme. Prinsip hidup materialisme adalah segala-galanya, sementara hedonisme adalah yang penting dalam hidup ini merasakan kenikmatan atau bebas menikmati sesuatu meskipun di larang agama. Dalam Islam prinsip seperti ini bertentangan dengan ketauhidan, di mana Islam mengajarkan bahwa Tuhan yang sebenarnya adalah Allah (QS Ali Imran 51) : “Bagi mereka yang menuhankan materi atau kepuasan hawa nafsu terkategori kafir bahkan musyrik dan bagi yang musyrik menanggung dosa tidak terampuni” (QS Al-Maidah 72, QS An-Nisa’ 48 dan 116). Implikasi lain dari paham ini dalah semaraknya seks bebas tanpa menikah. Islam sangat mengangkat harkat dan martabat manusia di bandingkan makhluk lain termasuk hewan. Untuk mengangkat harkat, manusia diberi ajaran atau norma. Islam mengajarkan bahwa ada batasan pergaulan antara laki-laki dan wanita. Manusia yang melakulan seks bebas terkategori zina dan dosanya termasuk dosa besar (QS Al-Isra’ 32).[6]
D.        Budaya yang Mendorong Kemajuan
Kemajuan dan perkembangan yang hanya terbatas pada kemajuan material saja akan menimbulkan kepincangan pada kehidupan manusia. Hidup mereka kurang sempurna, berat sebelah dan batin mereka akan kosong. Akibatnya tidak akan memperoleh ketentraman, ketertiban hidup, melainkan  justru dapat lebih merusak.
Akan hilanglah sifat kebersamaan dan tenggang rasa, karena sagala tindakan manusia akan diperhitungkan seberapa besar tindakan itumenguntungkan dirinya sehingga rasa kemanusiaan akan lenyap, karena saingan hidup sesama manusia.
Sebagai penentu kemanusiaan akal dan budi pasti selalu menuntut suasana yang menggambarkan dijaminnya kemanusiaan tersebut. Wujudnya ialah suatu suasana kehidupan yang ditaburi oleh rasa kasih antara anggota masyarakat sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan, suatu kehidupan yang damai, tentram, bebas dari rasa takut akan pihak lain.
Di satu sisi akal dan budi selalu mengajak berbuat dengan tindakan-tindakan yang sesuai dengan moral, di sisi lain pada manusia ada nafsu yang menyeretnya kepada tindakan yang tidak baik dan merusak kemanusiaan. Namun sesungguhnya nafsu itu tidak selamanya buruk, sebab nafsu itu tidak lebih dari keinginan atau hasrat saja untuk memuaskan atau menyenangkan diri.
Untuk menjadi manusia susila yang berbudaya, manusia yang sadar akan perannya sebagai pengemban nilai-nilai moral, ialah manusia yang selalu berusaha memperhatikan dengan sunggu-sungguh penerangan akal dan budi dan berusaha menaatinya.
FilsufHegel dalam abad ke-19 membahas budaya sebagai keterasingan manusia dengan dirinya sendiri. Dalam berbudaya manusia tak menerima begitu saja apa yang di sediakan oleh alam, tetapi mengubahnya dan mengembangkannya lebih lanjut. Dengan berbuat demikian itu terjadi jurang antara manusia dengan dirinya yang dialami. Itulah yang dimaksud dengan keterlepasan atau keterasingan dan sebagai akibatnya terjadilah ketegangan yang terus menerus mendorong kemajuan itu.
Budaya Barat selain memiliki dampak negatif juga memiliki dampak positif dan perlu ditiru, seperti budaya kerja keras, budaya disiplin, budaya bersih dan teratur serta budaya cinta ilmu dan melakukan penelitian.[7]
Tentang kebersihan hadits menyatakan kebersihan adalah sebagian dari iman.Karena iru kebersihan sangat penting bagi seorang muslim.
Tentang waktu, Allah sendiri bersumpah, “Demi masa sesungguhnya manusia itu dalam kerugian kecuali orang beriman dan senantiasa bekerja dalam kehidupannya.” (QS. Al-‘Asr 1-3). Tentang disiplin dan keteraturan ini terkandung pula dalam ajaran waktu shalat, menunaikan shalat tepat waktunya. Demikin pula ajaran Islam yang menganjurkan menuntut ilmu, sejak dari buaian sampai ke liang lahat, kewajiban menuntut ilmu untuk semua orang laki-laki atau pun wanita (Al hadits).
Ini hanya beberapa contoh dari budaya yang mendorong kemajuan. Budaya-budaya positif ini belum banyak diterapkan umat Islam. Dari segi ajaran Islam sangat kaya, tetapi dari segi aplikasi belum terbukti.[8]
E.  Budaya yang Menyebabkan Kemiskinan
1.  Pengertian kemiskinan.
Kemiskinan pada dasarnya merupakan salah satu bentuk problem yang muncul dalam kehidupan masyarakat. Istilah kemiskinan sebenarnya bukan merupakan suatu hal yang asing dalam kehidupan kita. Kemiskinan yang dimaksud di sini adalah kemiskinan ditinjau dari segi materi, atau dengan istilah lain kemiskinan itu merupakan ketidak mampuan dalam memenuhi kebutuhan pokok sehingga mengalami keresahan kesensaraan, atau kemelaratan dalam setiap langkah hidupnya.
2.  Faktor-faktor penyebab kemiskinan
a.  Pendidikan yang terlampau rendah
    b.  Malas bekerja
c. Keterbatasab sumber alam
d. Terbatasnya lapangan kerja
e. Keterbatasan modal
f. Beban keluarga.
Menurut Klages (1930) budaya merupakan bahaya bagi manusia sendiri. Budaya yang di maksud umpama teknik, peradaban, pabrik berasap, udara yang penuh debu, kota yang kotor, hutan yang makin gundul, dan budi yang tamak. Bagi Klages budaya itu menguasai, menyalahgunakan, menjajah dan mematikan. Klages juga menyimpulkan bahwa manusia memang tak dapat hidup tanpa budaya yang membuat ancaman bagi dirinya sendiri itu.
Adapun yang dikatakan oleh Klages memang ada benarnya juga, yakni di dalam budaya sendiri kadang-kadang termuat kuasa-kuasa yang mengancam dan mampu menyeret manusia ke dalam jurang kerusakan.
Kondisi kehidupan dalam masyarakat sekarang ini adalah subuah kondisi yang di dalamnya hampir seluruh energi di pusatkan bagi pelayanan hawa nafsu kebendaan, kekayaan, kepuasaan seksual, ketenaran, popularitas, kecantikan, kebugaran, keindahan dan kesenangan. Sementara penajaman hati, penemuan kebijaksanaan, peningkatan kesalehan dan pencerahan spiritual hanya memiliki sedikit ruang.
Di dalam kebudayaan ini banyak dikuasa oleh hawa nafsu ketimbang kedalaman spiritual, makan ketika sebuah revolusi kebudayaan yang ada tidak lebih dari pada sebuah revolusi dalam penghambaan diri bagi pelepasan hawa nafsu. Felix Guattari adalah salah seorang dari pemikir yang melihat bahwa kini tidak ada lagi perjuangan yang dapat hidup tanpa menghambakan diri pada pembebasan hawa nafsu. Karena itu, revolusi kebudayaan saat ini mencapai titik ekstrim dan dimungkinkan semakin mempersempit ruang bagi perenungan penghambaan dan pencerahan spiritual. Revolusi budaya ini tengah mengancam budaya bangsa di tanah air.
Budaya ekstasi yaitu suatu keadaan mental dan spiritual yang mencapai titik puncaknya ketika jiwa secara tiba-tiba naik ketingkat pengalaman yang jauh dibandingkan kesadaran sehari-hari tengah mengancam budaya bangsa kita.
Budaya pop anak muda sangat berkembang, ini ditandai banyaknya mereka berilusi, sehingga sering terjebak dengan gaya hidup hura-hura. Kenyataan hidup ternyata tidak busa melepaskan diri dari setumpuk masalah, masalah kegelisahan diri, jiwa yang tidak tentram atau masalah yang berkaitan dengan orang sekitarnya. Untuk menenangkan diri mereka lari ke narkoba.
Akulturasi budaya memang sesuatu yang tidak bisa dielakkan. Budaya Barat memang telah lama ada diadopsi yang mudah diterima oleh bangsa ini. Tetapi ada budaya-budaya yang di landasi oleh kebebasan dan hak asasi seseorang yang tiada batas. Budaya kebebasan ini sering diekspresikan melalui kebebasan wanita dalam berpakaian dan juga gaya hidup bebas antara wanita dengan pria tanpa adanya ikatan perkawinan. Budaya-budaya ini berkembang di Barat, hanya saja di Barat ada banyak budaya yang patut ditiru oleh kita.
Selain itu muncul pula budaya negatif  yang lain yaitu budaya kekerasan. Pembunuhan atau penghilangan nyawa orang kini tidak lagi merupakan sesuatu yang mnengerikan dan menakutkan. Peristiwa ini tidak lagi membangkitkan perasaan sedih atau memandangnya sebagai suatu sikap sadis, tetapi justru menimbulkan kepuasan. Jiwa manusia tidak lebih berharga dari sebatang rokok atau selembar seribu rupiah. Begitu pula kekerasan terhadap wanita. Inilah masyarakat yang tenggelam ke dalam kondisi ekstasi menuju suatu dimensi moralitas yang serba terbalik.
Rasa sosial atau sikap gotong royong juga mengalami pemudaran, artinya rasa gotongroyong masyarakat sudah berkurang, mereka asyik dengan kegiatannya masing-masing yang hanya memberikan dampak ekonomi. Hal ini berdampak pula pada rasa gotong royong  secara kebangsaan. Dahulu dalam menegakkan negara Indonesia di lakukan dengan gotong royong seluruh rakyat. Namun rasa itu nampaknya sudah semakin pudar. Gotong royong masyarakat amat penting, lebih-lebih bagi bangsa yang tengah mengalami krisis. Tetapi bukan bergotong royong dengan cara bersama-sama merusak lingkungan, bukan gotong royong berkorupsi dan bukan pula gotong royong yang sengaja merusak citra bangsa sehingga menjadi bangsa yang kerdil seperti yang dilakukan pada masa lalu.
Munculnya krisis di Indonesia karena konsep gotong royong yang tidak di pahami. Gotong royong di lakukan sekelompok orang yang hamya menginginkan kepuasan yang bersifat individual, dengan cara menguras sumber daya alam dan membuat hutang ke luar negeri.Di tengah bangsa yang di lilit banyak masalah,mestinya mereka terpanggil rasa solidaritasnya untuk menyelesaikan masalah tersebut.[9]
Indonesia juga memiliki budaya yang penuh toleransi. Dalam konstitusi, negara Indonesia menempatkan semua warga negara dalam posisi yang sama, tidak ada diskriminasi pada suatu keyakinan atau kelompok tertentu. Pembinaan toleransi semakin intensif dilakukan, seperti halnya toleransi dalam beragama. Hanya saja konsep ini belum sepenuhnya diterima dan belum menjiwai para tokoh agama. Hal ini di dorong oleh semangat ajaran agamanya yang memerintahkan menyebarkan agamanya dan memberikan kebahagiaan kepada yang memeluknya. Akibat dari belum adanya toleransi agama maka muncullah kerusuhan antar etnis di berbagai tempat, dan memakan korban jiwa dalam umlah yang sangat banyak.
 Budaya lain yang disinyalir telah menggerogoti harta kekayaan negara, yaitu budaya korupsi. Korupsi yang tinggi di Indonesia telah menempatkan pada peringkat ke dua di Asia. Ini sangat ironis, karena terjadi di tengah bangsa yang mayoritas umat Islam dan di tengah umat beragama, di mana semua agama tidak memperbolehkan umatnya melakukan hal tersebut.
Korupsi sudah menjadi budaya, itulah pernyataan seorang budayawan Mochtar Lubis. Korupsi telah menggerogoti sendi-sendi molaritas dan ekonomi bangsa.Perbuatan ini dapat menimbulkan mudarat banyak orang, sehingga akan muncul kemiskinan dan kebodohan dan bahkan mungkin implikasi lain seperti murtat karena kemiskinannya, maka ini memberikan dampak yang sangat besar bagi orang banyak.
Dan begitu pula berkembang budaya sogok menyogok. Seseorang tanpa memiliki kemampuan dapat menduduki posisi tertentu karena hasil dari penyogokan. Satu hadits menyatakan : “Bagi yang menyogok dan di sogok akan mendapaat dosa”
Budaya mistik yang sedang berkembang dapat di katakan sebagai budaya primitif. Mistik sama artinya percaya dengan mitos, sesuatu yang diragukan terjadi atau bahkan sesuatu yang tidak pernah terjadi. Mistik bukan saja menumpulkan otak manusia, bahkan lebih dari itu, mistik semakin meniadakan kemampuan otak manusia. Padahal, dalam sejarah peradaban umat manusia, manusia dituntut agar mengembangkan ilmu pengetahuan dan menciptakan teknologi dan dapat memudahkan kehidupan manusia harus melalui hasil kerja otaknya, artimya menempatkan otaknya pada tempat yang tinggi. Akibat berkembangnya budaya mistik ini memberikan dampak munculnya budaya malas atau budaya tidak disiplin semakin berkembang di tengah masyarakat. Bila budaya ini semakin meraja lela di masyarakat, lambat laun akan membawa kemunduran bangsa ini ke depan.
Bangsa yang penuh dengan mistik akan menonjolkan hal-hal yang tidak masuk akal. Bangsa yang seperti ini tidak akan pernah mencapai kemajuan dalam bidang IPTEK, karena kemajuan iptek mensyaratkan harus menggunakan akal, dan terus menerus melakukan penelitian dan puncaknya tidak akan pernah adaperadaban bangsa Indonesia yang tidak maju. Karena itu perbuatan mistik tergategori dosa besar, dosa yang tidak terampuni, karena menyekutukan Allah. Budaya mistik yang irasional akan melemahkan kekuatan atau kemampuan akal yang di berikan Allah. Hal-hal itu jelas terlarang dalam pandangan Islam, dan termasuk perbuatan syirik.
Budaya lain, yaitu budaya kenduri berkembang pula. Budaya ini bagian tradisi di masyarakat, terutama di masyarakat muslim. Hampir di setiap momen agama atau momen non agama sepanjang tahun di penuhi budaya kenduri. Untuk menjadi seorang muslim tampaknya harus memiliki kekayaan yang banyak karena harus mengikuti budaya kenduri. Hidup miskin di tengah masyarakat yang mengutamakan kenduri sungguh menjadi beban psikologis yang berat, karena bagaimana pun manusia semiskin apapun tidakmau dikatakan ia seorang yang tidak berpunya atau tidak sama dengan orang lain.
Berbagai budaya seperti hilangnya rasa toleransi, hidup individualisme, korupsi, mistik dan kenduri, lalu muncul bentuk budaya lain yaitu budaya konsumtif. Budaya di mana masyarakat yang hanya mampu membeli sesuatu meskipun di paksakan. Atau bagi orang miskin demi gengsi, mengeluarkan sesuatu barang mewah yang kurang bermanfaat dengan cara menghutang melalui kredit atau melalui rentenir dengan bunga uang yang besar. Tindakan ini menyerupai perbuatan setan yang terlarang dalam agama.
Di tengah bangsa yang berkembang, budaya-budaya tersebut mengakibatkan akan berkurangnya penggunaan otak dan lemahnya etos kerja.[10]
  
BAB III
PENUTUP
A.       simpulan
Budaya adalah hasil karya dari budi, yang berupa cipta, karsa dan rasa. Budaya selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu mengikuti perkembangan zaman. Perubahan budaya tersebut di pengaruhi dari beberapa faktor  internal dan eksternal. Begitu juga dengan budaya Indonesia.Budaya bangsa adalah budaya yang menjadi jati diri bangsa, apakah bangsa itu memiliki watak atau karakter yang baik atau tidak.
Budaya yang berkembang di Indonesia saat ini sudah banyak yang bertentangan dengan budaya Islam sehingga nilai-nilai agama dan spiritual telah mulai pudar dalam kehidupan. Sekarang ini yang lebih di pentingkan oleh orang adalah kenikmatan duniawi, mereka berlomba-lomba mengejar kenikmatan duniawi sehingga akhirat terlupakan begitu saja, padahal mayoritas masyarakat negara Indonesia adalah muslim,
   Bangsa Indonesia memiliki budaya yang beraneka ragam, dimana budaya tersebut bisa mendorong terjadinya kemajuan dan menyebabkan kemiskinan. Budaya-budaya itu tidak hanya budaya asli Indonesia tetapi juga ada yang di pengaruhi oleh budaya yang datang dari luar. Budaya-budaya yang datang dari luar perlu di pertimbangkan  sesuai dengan ajaran Islam. Budaya pada dasarnya tumbuh di masyarakat melalui interaksinya, baik melalui TV, internet  maupun berhubungan langsung dengan orang-orang yang berbeda budaya dan keyakinan. Tetapi perlu di filter mana yang baik dan mana yangburuk, serta tidak membawa mudarat dan merendahkan harkat dan martabat manusia itu sendiri.
B.       Saran
   Bangsa Indonesia memiliki budaya yang beraneka ragam dan patut di pertahankan, dan memiliki budaya tinggi yang dapat di kembangkan untuk kemajuan bangsa ini seperti budaya disiplin, bekerja keras, memiliki etos keilmuan yang kini merupakan budaya Barat. Ini menghindari budaya yang merugikan seperti tidak toleransi, korupsi, mistik dan sebagainya. Budaya-budaya negatif ini perlu di tinggalkan sementara budaya positif perlu di kembangkan.
     Untuk itu sebagai manusia yang berbudaya yang di landasi dengan nilai-nilai spiritual, fsebaiknya kita menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat.

DAFTAR PUSTAKA
Widagdho, Djoko.1991. Ilmu Budaya Dasar. Semarang : Bumi Aksara.
Koentjaraningrat. 1979. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Aksara Baru.
Muin, Idianto. 2006. Sosiologi. Jakarta : Erlangga.
TriPrasetya,joko.1991.Ilmu Budaya Dasar.Jakarta :Rineka Cipta.
Indra, Hasbi. 2007. Pendidikan Islam Melawan Globalisasi. Jakarta:Ridamulia.
Gazalba, Sidi.1974. Antropologi Budaya. Jakarta : Bulan Bintang.





[1] Djoko Widagdho, ilmubudaya dasar, bumi aksar, semarang, 1991, hal.18.
[2] Koentjaraningrat, pengantar ilmu antropologi, Aksara baru, Jakarta, 1979, hal.23.
[4] Idianto Muin, sosiologi, erlangga, Jakarta, 2006, hal.26.
[5] Joko Tri Prasetya, Ilmu Budaya Dasar, Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hal.49.
[6] Hasbi Indra, pendidikan islam melawan globalisasi, ridamulia, jakarta, 2007, hal. 18.
[7] Joko Tri Prasetya,.op.cit,hal.47.
[8] Hasbi Indra,.op.cit,hal.52.
[9] Sidi Gazalba, Antropologi Budaya, Bulan Bintang, Jakarta, 1974, hal.17.
[10] Djoko widaghdho.,op,cit.hal.34.

No comments:

Post a Comment