BAB I
PENDAHULUAN
- Latar
Belakang
Secara sederhana, Ilmu Budaya Dasar bisa dikatakan
sebagai satu usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan
pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji
masalah-masalah manusia dan kebudayaannya.
- Rumusan
Masalah
1. Apa yang dimaksud pendekatan
kesusastraan ?
2. Apa yang dimaksud pendekatan seni rupa
?
3. Apa yang dimaksud pendekatan seni lukis
?
BAB II
PEMBAHASAN
Pendekatan Kesusastraan
A. Pengertian sastra dan peranannya
Secara etimologis kata sastra berasal dari bahasa sansekerta, dibentuk dari akar kata sas- yang berarti mengarahkan, mengajar dan memberi petunjuk. Akhiran –tra yang berarti alat untuk mengajar, bukupetunjuk.Secara harfiah kata sastra berarti huruf, tulisan atau karangan. Kata sastra ini kemudian diberi imbuhan su- (dari bahasa Jawa) yang berarti baik atau indah, yakni baik isinya dan indah bahasanya. Selanjutnya, kata susastra diberi imbuhan gabungan ke-an sehingga menjadi kesusastraan yang berarti nilai hal atau tentang buku-buku yang baik isinya dan indah bahasanya.Selain pengertian istilah atau kata sastra di atas, dapat juga dikemukakan batasan / defenisi dalam berbagai konteks pernyataan yang berbeda satu sama lain.[1]
Bentuk-bentuk kesusasteraan. Kesusasteraan dapat
dilahirkan dalam berbagai bentuk bahasa. Dan secara kasarnya ia boleh
dikategorikan kepada Dua kategori yang besar menurut bentuk bahasa yang
digunakan, yakni:[2]
a)
Prosa : merujuk kepada hasil kesusteraan yang ditulis dalam ayat-ayat
biasa, yakni dengan menggunakan tatabahasa mudah. Biasanya ayat-ayat dalam
kesusasteraan akan disusun dalam bentuk karangan. Prosa adalah satu bentuk
kesusasteraan yang lebih mudah difahami berbanding dengan puisi. Contoh bagi
kesusasteraan prosa ialah: cerpen, novel,skripdrama,esseidansebagainya.
b)
Puisi : merujuk kepada hasil kesusasteraan yang ditulis dengan "tidak
menuruti tatabahasa". Ia sebenarnya tidak terdiri daripada ayat-ayat yang
lengkap, melainkan terdiri daripada frasa-frasa yang disusun dalam bentuk
baris-barisan. Pada lazimnya, puisi merupakan bahasa yang berirama dan apabila
dibaca pembaca akan berasa rentaknya. Contoh bagi kesuasteraan puisi
termasuklah: Sajak, Syair, Pantun, Gurindam, Lirik, Seloka, Mantera dan
sebagainya. Ilmu Budaya Dasar dalam Kesusteraan merupakan perpaduan unsure seni
kebudayaan dengan kehidupan manusia, dimana dalam proses kehidupannya.manusia
sering kali melakukan sesuatu
Salah satu bentuk sastra itu adalah puisi, dalam arti bahwa pembahasan puisi dalam rangka pengajran IBD tidak akan diarahkan pada tradisi pendidikan dan pengajaran sastra apresiasinya yang murni.puisi itu akan dipakai sebagai media dan sekaligus sebagai sumber belajar sesuai dengan tema-tema pokok bahasan yang terdapat dalam IBD. Di samping puisi, dalam kesusastraan dikenal pula bentuk drama sebagai wujud karya fiksi yang prosais. Apabila drama digunakan sebagai sumber pengajaran IBD, tentulah bukan suatu hal aneh, karena dalam batas-batas tertentu unsur-unsur drama, terutama jika drama dilihat sebagai karya sastra dapat disajikan lewat materi fiksi[3]
Sastra mempunyai peranan yang lebih penting, yaitu mempergunakan
bahasa yang memiliki kemampuan untuk menampung hampir semua pernyataa kegiatan
manusia. Dalam usahanya untuk memahami dirinya sendiri, yang kemudian
melahirkan filsafat, manusia mempergunakan bahasa. Dalam usahanya untuk
memahami alam semesta yang kemudian melahirkan ilmu pengetahuan manusia
dalam mempergunakan bahasa.[4]
B.
Hubungan sastra
dalam Ilmu Budaya Dasar
Hubungan ilmu budaya dasar dengan kesusastraan karena
mengandung unsur-unsur bahasa. Ada beberapa alasan mengapa ilmu budaya dasar
sangat penting hubungannya dalam hal kesuastraan:[5]
1. Sastra merupakan bahasa yang
mempunyai kemampuan yang menampung kegiatan manusia
2. Sastra juga lebih mudah
berkomunikasi karena pada hakekatnya karya sastra adalah penjabaran abstraksi.
Hubungan ilmu
budaya dasar dengan kesusastraan sangat penting , karena ilmu budaya dasar
meliputi dalam hal bahasa.
ada beberapa
alasan mengapa ilmu budaya dasar sangat penting hubungannya dalam hal
kesuastraan :
1. Sastra menggunakan bahasa. Sementara itu bahasa mempunyai kemampuan untuk menampung hampi semua kegiatan manusia
2. Sastra juga lebih mudah berkomunikasi karena pada hakekatnya karya sastra adalah penjabaran abstraksi. Sementara itu filsafat mengunakan bahasa adalah abstraksi. Cinta kasih, kebahagiaan, kebebasan, dan lainnya yang digarap oleh filsafat adalah abstra. Sifat abstrak inilah yang menyebabkan filsafat kurang berkomunikasi.
3. Sastra juga didukung oleh cerita. Dengan cerita orang lebih mudah tertarik, dan dengan cerita orang leih mudah menemukan gagasan-gagasanya dalam bentuk yang tidak normative.
1. Sastra menggunakan bahasa. Sementara itu bahasa mempunyai kemampuan untuk menampung hampi semua kegiatan manusia
2. Sastra juga lebih mudah berkomunikasi karena pada hakekatnya karya sastra adalah penjabaran abstraksi. Sementara itu filsafat mengunakan bahasa adalah abstraksi. Cinta kasih, kebahagiaan, kebebasan, dan lainnya yang digarap oleh filsafat adalah abstra. Sifat abstrak inilah yang menyebabkan filsafat kurang berkomunikasi.
3. Sastra juga didukung oleh cerita. Dengan cerita orang lebih mudah tertarik, dan dengan cerita orang leih mudah menemukan gagasan-gagasanya dalam bentuk yang tidak normative.
C. Pengertian Prosa
Prosa adalah suatu jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi karena variasi ritme yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa Latin "prosa" yang artinya "terus terang". Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya.prosa juga dibagi dalam dua bagian,yaitu prosa lama dan prosa baru,prosa lama adalah prosa bahasa indonesia yang belum terpengaruhi budaya barat,dan prosa baru ialah prosa yang dikarang bebas tanpa aturan apa pun.[6]
D. Menyebutkan nilai-nilai yang ada dalam prosa fiksi
Yang dimaksud dengan nilai disini adalah persepsi dan pengertian yang diperoleh pembaca lewat sastra (prosa fiksi). Hendaknya disadari bahwa tidak semua pembaca dapat memperoleh persepsi dalam pengertian tersebut. Ini hanya diperoleh pembaca, apabila sastra menyentuh dirinya. Nilai tersebut tidak akan diperoleh secara otomatis dari membaca. Dan hanya pembaca yang berhasil mendapat pengalaman sastra saja yang dapat merebut nilai-nilai dalam sastra.[7]
a.
Prosa fiksi memberikan kesenangan
b.
Prosa fiksi memberikan informasi
c.
Prosa fiksi memberikan warisan kulutral
d.
Prosa fiksi memberikan keseimbangan wawasan
Pendekatan
seni rupa
A.
Pengertian dan tujuan seni rupa
Menurut Upjohn, Wingert dan Mahler, tujuan seni rupa dikatakan sebagai berikut.“Seni ialah jawaban terhadap tuntutan dasar kemanusiaan. Tujuan utamanya ialah menambahi intrerpretasi dan melengkapi kehidupan. Ada kalanya pada suatu waktu, seni itu dijadikan pembantu untuk tujuan lainnya, seperti pengagungan agama, propaganda, symbolisme dan sebagainya, tetapi dalam analisis terakhir tujuan ini jauh atau tidak bertentangan dengan tujuan utamaya”.Adakalanya karya seni itu berupa ilustrasi dari cerita yang bersumber pada agama, seperti relier yang dipahat pada dinding-dinding candi Borobudur ataupun prambanan dan sebagainya. Ada karya seni yang bersifat symbolis, seperti patug-patung Budha dengan mudranya dan sebagainya. Ada kalanya karya seni itu menggambarkan kebiadaban sesuatu Exotic ; sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan;sesuatu fantasi dan lain sebagainya.[8]
B. Gaya dan corak seni rupa
Adakalanya pada satu zaman lahir aliran-aliran pikira yang berbeda-beda, sehingga melahirkan pula corak karya seni rupa yang berbeda. Gaya dalam karya seni rupa adalah corak atau isme yang dikarenakan alira-aliran pikiran yang mendorong atau melatarbelakangi kelahiran karya seni rupa itu.[9]
Gaya klasik semula dimaksudkan ialah
kesenian Yunani kuno. Di Indonesia kesenian dan kesusastraan Hindhu dianggap klasik.
Cirri-ciri klasik adalah tenang, harmonis, symetris atau seimbang. Contoh :
wayang kulit, patung dari zaman Hindhu dan sebagainya.
Lawan dari klasik ialah seni romantik,
yang dengan sadar mengingkari keseimbangan klasik, bentuk teratur dan tradisional.
Sedangkan romantik menyampigkan realitas dan mengikuti emosi, terutama emosi
yang dramatis dan tragis yang amat menarik. Para seniman romantik mengubah
ralitas dengan berdasarkan fantasinya dan selanjutnya seolah-olah hidup dalam
impian.
Di Barat romantik berkembang pada bagian
akhir abad ke 18 atau pada permulaan abad ke 19, bersamaan dengan aliran
neo-klasik. Neo-klasik adalah aliran yang berorientasi pada kebenaran dan
keindahan Recoco yang berkembang di Perancis pada pertengahan abad ke 18.
Apabila
gaya Rococo mencermikan kehalusan dan permainan cinta serta keinginan menghias
tanpa tujuan tertentu, maka gaya neo-klasik ialah suatu jawaban terhadap
keriduan pada masa silam dari kesenian negara tua. Cirri-cirinya :
1.
Mengagung-agungkan
bentuk,
2.
Komposisi
seimbang,
3.
Gerak
tidak berlebih-lebihan,
4.
Warnanya
dingin dan
5.
Objeknya
tentang sejarah dan mitologi
Contoh karya neo-klasik adalah karya-karya
Jacques Louis David yang menunjukan adanya kemahiran dalam anatomi dan
ketelitian dalam membuat lipatan-lipatan kain serta penyusunan figur-figur
secara seimbang.
Pendekatan Seni Lukis
A. Pengertian seni lukis
Seni lukis adalah salah satu cabang dari seni rupa. Dangan pengertian dasar yang sama, seni lukis adalah sebuah penggambaran yang lebih utuh dari menggamabar.
Melukis adalah kegiatan medium dua dimensi atau permukaan dari objek tiga dimensi untuk mendapatkan kesan tertentu. Medium lukis bisa berbentuj apa saja, seperti kanvas, kertas, papan, dan bahkan film di dalam fotografi bisa di amggap sebagai media lukisan. Alat yang di gunakan juga bermacam-macam, dengan syarat bisa memberi imaji tertentu kepada media yang di gunakan.
B. Seni lukis pada zaman prasejarah
Secara historis, seni lukis sangat terkait dengan gambar. Peninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu nenek moyang manusia telah memulai gambar pada dinding-dinding gua untuk mencitrakan bagian-bagian penting dalam kehidupan. Sebuah lukisan dapat di buat hanya dengan menggunakan materi yang sederhana seperti arang, kapur, atau bahan lainnya, salah satu tehnik terkenal gambar prasejarah yang di lakukan orang-orang gua adalah dengan menempelkan tangan di dinding gua, lalu menyemburnya dengan kunyahan dedaunan atau batu mineral berwarna, hasilnya adalah jiplakan tangan berwarna-warni di dinding-dinding gua yang masih bisa di lihat hingga saat ini. Kemudahan ini memungkinkan gambar dan lukisan untuk berkembang lebih cepat dari pada cabang seni rupa lain seperti seni patung dan seni keramik.
Seperti gambar, lukisan kebanyakan dibuat di atas bidang datar seperti dinding, lantai, kertas, atau kanvas.dalam pendidikan seni rupa modern di Indonesia, sifat ini disebut juga dwimatra(dua dimensi, atau dimensi datar).
Objek yang sering muncul dalam karya-karya purbakala adalah manusia, binatang, dan objek-objek alam lainnya seprti pohon, bukit, gunung, sungai, dan laut. Bentuk yang digambarkan tidak selalu serupa dengan yang aslinya, ini disebut citra dan itu sangat di pengaruhi oleh pemahaman si pelukis tahap objeknya.
Pada satu titik, ada orang-arang tertentu dalam satu kelompok masyarakat prasejarah yang lebih menghabiskan waktu untuj menggambar daripada mencari makanan. Mereka mulai mahir membuat gambar dan mulai menemukan bahwa bentuk dan susunan rupa tertentu, bila di atur sedemikian rupa akan nampak lebih menarik untuk di lihat daripada biasanya. Mereka mulai menemukan se,acam cita-rasa keindahan dalam kegiatannya dan terus melakukan hal itu sehingga mereka menjadi semakin ahli. Mereka dalah seniman-seniman pertama di muka bumi dan pada saat itulah kegiatan mengambar dan melukis mulai condong menjadi kegiatan seni.
C. Seni Lukis Pada Zaman Klasik
Di zaman ini lukisan di maksudkan untuk meniru semirip mungkin bentuk-bentuk yang ada di alam. Hal ini sabagai akibat berkembangnya ilmu pengetahuan dan dimulainya kesadaran bahwa seni lukis mampu berkomunikasi lebih baik daripada kata-kata dalam banyak hal.
Seni lukis
pada zaman klasik kebanyakan di maksudkan untuk tujuan:
1. Mistisme (sebagai
akinat belum berkembangnya agama);
2. Propaganda
(sebagai contoh graffiti di reruntuhan kota Pompeii).
D. Seni Lukis Pada Zaman Pertengahan
Sebagai akibat terlalu kuatnya pengaruh agama pada zaman pertengahan, seni lukis mengalami penjauhan dari ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan di anggap sebagai sihir yang bisa menjauhkan manusia dari pengabdian kepada Tuhan. Akibatnya seni lukispun tidak lagi bisa sejalan dengan realitas. Kebanyakan lukisan pada zaman ini lebih berupa simbolisme, bukan realisme. Sehingga sulit sekali untukmenemukan lukisan yang bisa di kategorikan “bagus”. Lukisan pada zaman ini di gunakan untuk propaganda dan religi. Beberapa agama yang mekarang penggambaran hewan dan manusia mendorong perkembangan abstrakisme (perpisahan unsur bentuk yang benar dari benda).
E. Sejarah Seni Lukis Di Indonesia
Seni lukis di indonesia berkembang sejak masuknya masa penjajahan Belanda di Indonesia. Kecenderungan seni rupa Eropa Barat pada zaman itu ke aliran romantismeyang membuat kebanyakan pelikis Indonesia ikut mengembangkan aliran ini.
Raden Saleh Syrif Bustaman adalah salah seorang asisten yang cukup beruntungbisa mempelajari seni lukis gaya Eropa yang di praktikkan pelukis Belanda. Raden Saleh kemudian melanjutkan belajar melukis ke Belanda, sehingga berhasil menjadi pelukis Indonesia yang di segani dan menjadi pelukis istana di beberapa Negara di Eropa. Namun seni lukis Indonesia tidak melalui perkembangan yang sama seperti zaman renaisans Eropa, sehimgga perkembangannya pun tudak melaluitahapan yang sama. Era revolusi di Indonesia membuat banyak pelukis Indonesia beralih dari tema-tema romantisme menjadi cenderung ke arah ”kerakyatan”objek yang berhubugan dengan keindahan alam Indonesia di anggap sebagai tema yang mengkhianati bangsa, sebab di anggap menjilat kepada kaum kapitalis yang menjadi musuh ideologi komunisme yang popular pada masa itu. Selain itu, alat lukis seperti cat dan kanvas yang semakin sulit di dapat untuk membuat lukisan Indonesia, oleh karena itu lukisan Indonesia cenderung ke bentuk-bentuk yang lebih sederhana, sehingga melahirkan abstraksi.
Kemampuan seni lukis Indonesia yang belum mencapai tartan keberhasilan sudah di porak-porandakan oleh gagasan modernisme yang membuahkan seni alternative atau seni kontemporer dengan memunculkan seni konsep (conceptual Art), installation art, dan performance art, yang pernah menjemur di pelosok kampus perguruan tunggi sekitartahun 1993-1996. Kemudian muncul berbagai alternatife semacam “kolaborasi” sebagai mode 1996/1997, bersama itu pula seni lukis konvensional dengan berbagai gaya menghiasi galeri-galeri, yang bukan lagi sebagai bentuk apresiasi terhadap masyarakat, tetapi merupakan bisnis alternative investasi.
F. Aliran Seni Lukis
Dalam seni
lukis terdapat beberapa aliran, yaitu:
a. Surrealisme
Aliran ini kebanyakan menyerupai bentuk-bentuk yang
sering di temui di dalam mimpi dan sebenarnya bentuk dari gudang pikiran bawah
sadar manusia.
b. Kubisme
Aliran yang cenderug melakukan usaha abstraksi
terhadap objek kedalam bentuk-bentuk geometri atau bentuk balok-balok untuk
mendapatkan sensasi tertentu.
c. Romantisme
Merupakan aliran tertua dalam sejarah seni lukis
modern Indonesia. Pemandangan alam adalah objek yang sering di ambil dalam aliran ramantis sebagai latar belakang
lukisan.
d. Plural painting
Sebuah proses beraktivitas seni melalui semacam
meditasi atau penggambaran intuisi untuk menangkap dan menterjemahkan gerak
hidup dari naluri kehidupan kedalam bahasa visual.[10]
[1]http://smoeland.blogspot.com/2011/10/pengertian-sastra-dan-seni-peranan.html
[2]http://rajul-al.blogspot.co.id/2012/01/makalah-karya-sastra-dan-seni-dalam-ibd.html
[3]M.
Habib Mustopo, Ilmu Budaya Dasar Kumpulan
Essay-Manusia dan Budaya (Surabaya: Usaha Nasional, 1989), hlm. 23
[4]http://jennoamran.blogspot.co.id/2012/03/sastra-dalam-ilmu-budaya-dasar.html
[5]https://noviauligurning.wordpress.com/2014/10/17/hubungan-ilmu-budaya-dasar-dengan-sastra/
[6]https://id.wikipedia.org/wiki/Prosa
[7]M.
Habib Mustopo, Ilmu Budaya Dasar Kumpulan
Essay-Manusia dan Budaya (Surabaya: Usaha Nasional, 1989), hlm. 32
[8]Ibid.,
hlm. 41
[9]Ibid.,
hlm. 44
No comments:
Post a Comment