Monday, 26 December 2016

MANUSIA DAN KEINDAHAN


https://ngelurukilmu.com


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pada dasarnya manusia dilahirkan dan dibekali dengan keindahan yang alamiahnya ada pada diri masing-masing manusia.Karena keindahan diartikan sebagai kebenaran bukan tidak mungkin manusia sudah sangat identik dengan keberadaannya.
Keindahan bersifat universal dan menyeluruh, tidak terikat oleh selera perseorang, waktu dan tempat, selera mode, kedaerahan atau lokal.Kata orang bila tanpa keindahan adalah manusia yang mati sebelum waktunya. Maka bila manusia yang hidup tanpa keindahan pada hakikatnya dia sudah mati. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas lebih tentang manusia dan keindahan.
B.     Tujuan
Tujuan dari pembahasan materi ini adalah untuk mengetahui seberapa banyak pemahaman kita tentang manusia yang berhubungan dengan keindahan.Serta untuk dapat mengetahui pengertian keduanya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Manusia
Manusia adalah makhluk ciptaan ALLAH swt yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya, karena manusia mempunyai akal dan pikiran untuk berfikir secara logis dan dinamis, dan bisa membatasi diri dengan perbuatan yang tidak dilakukan, dan kita pun bisa memilih perbuatan mana yang baik (positif) atau buruk (negatif) buat diri kita sendiri. Selain itu dapat diartikan manusia secara umum adalah manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosil. Karena bukan hanya diri sendiri saja tetapi manusia perlu bantuan dari orang lain. Maka sebab itu manusia adalah makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial.[1]
B.     Memahami keindahan
Keindahan berasal dari kata indah,artinya bagus,permai,cantik,elok,molek,dan sebagainya.[2]Keindahan adalah identik dengan kebenaran..keindahan adalah kebenaran,dan kebenaran adalah keindahan .Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi,dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah.[3]
Keindahan bersifat universal, artinya tidak terikat oleh selera perorangan, waktu dan tempat, selera mode, kedaerahan atau lokal. Pandangan Plato tentang keindahan dapat dibagi menjadi dua, yaitu:  tentang dunia ide dan tentang dunia nyata. Adapun filsuf lain menghubungkan pengertian keindahan dengan ide kesenangan (pleasure), yaitu sesuatu yang menyenangkan bagi penglihatan atau pendengaran. Dalam estetika modern orang lebih suka berbicara tentang seni dan estetika, karena merupakan gejala konkret yang dapat ditelah dengan pengalaman secara empirik dan penguraian sistematik.[4]
Keindahan dalam hubungan kedua macam indera, dibedakan dalam tiga bentuk, Yaitu:
1.      Seni Rupa
Seni rupa merupakan Kesenian yang dapat dinikmati melalui indera mata sehingga sifatnya visual. Bentuknya antara lain adalah seni bangunan, seni relief atau lukisan timbul, Seni lukis dan seni rias.
2.      Seni suara
Seni suara merupakan kesenian yang dapat dinikmati melalui  indera telinga, Sehingga Sifatnya audio. Wujudnya antara lain adalah seni vokal, Seni instrumen dan seni tata lisan.
3.      Seni pertunjukan
Seni pertunjukan adalah kesenian yang dapat dinikmati melalui indera mata dan telinga sekaligus sifatnya audio visual. Wujudnya antara lain adalah seni tari, seni drama, dan seni film.[5]
a.      Keindahan Sebagai Suatu Kualitas Abstrak Dan Sebagai Sebuah Benda Tertentu Yang Indah
Keindahan sebagai suatu kualitas abstrak (Beauty as an abstract quality) menggambarkan sesuatu yang kontemporer dan bersifat nonrealistic di mana sang pencipta karya menggambarkan sesuatu yang tidak bisa dimengerti secara umum dan tidak sesuai dengan realita. Keindahan sebagai kualitas abstrak menggambarkan suatu dalam bentuk  di mana keindahan tersebut bersifat eksklusif dan hanya dapat dimengerti oleh orang yang menciptakan keindahan tersebut berdasarkan apa yang dipahaminya.
Sedangkan keindahan sebagai sebuah benda tertentu yang indah adalah keindahan yang memiliki konsep pemahaman dan nilai yang berbeda dengan kualitas abstrak di mana benda yang dimaksud dalam hal ini adalah sesuatu yang mewakili keindahan secara umum dan dapat dengan mudah diterima maupun dipahami oleh masyarakat.
Contoh keindahan dalam bentuk benda:
Secara alami : Manusia menaruh rasa kagum atas keindahan alam yang merupakan ciptaan dari  Yang Maha Kuasa.
Buatan tangan : Karya seni yang memiliki nilai estetika yang dapat dinilai oleh manusia.[6]
1.      Apakah keindahan itu?
Zaman Yunani kuno pada abad ke-18 keindahan telah dipelajari oleh para filsuf. Menurut liang gie dalam bukunya Garis Besar Estetik (filsafat keindahan) keindahan itu berasal dari bahasa inggris ‘beautiful’, bahasa Perancis ‘beau’, Italia dan Spanyol yaitu bello dan bahasa latin belum.
Menurut luasnya dibedakan pengertian:
1)      Keindahan dalam arti luas The Liang Gie menjelaskan keindahan mengandung pengertian ide kebaikan. Plato menyebutnya sebagai watak yang Indah dan hukum yang Indah, sedangkan Aristoteles merumuskan sebagai sesuatu yang baik dan juga menyenangkan. Jadi pengertian keindahan seluas-luasnya meliputi:
a.       Keindahan seni
b.      Keindahan alam
c.       Keindahan moral
d.      Keindahan intelektual
2)      Keindahan dalam estetika murni menyangkut pengalaman estetika seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang diserapnya.
3)      Keindahan dalam arti terbatas diserap oleh penglihatan, Yakni berupa keindahan bentuk dan makna.
Keindahan Identik dengan kebenaran. Keindahan tersusun dari berbagai keselarasan dari garis, warna, bentuk, nada dan kata-kata.Nilai yang berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan disebut nilai estetika. Ciri-ciri keindahan menyangkut kualitas hakiki adalah segala benda yang mengandung kesatuan (unity), keselarasan (harmoni), kesetangkupan (symmetry), keseimbangan (balance), dan pertentangan (contrast).[7]
2.      Apa sebab manusia mencipta keindahan?
Keindahan itu pada dasarnya adalah alamiah. Alamiah itu wajar, tidak berlebihan tidak pula kurang. Menurut kant, keindahan itu bisa dilihat dari 2 segi, dari segi subyektif dan obyektif. Dari segi arti subyektif keindahan diartikan sebagai sesuatu yang kegunaannya praktis sudah bisa mendapatkan rasa senang pada diri si penghayat.
b.      Keindahan Yang Seluas – Luasnya
Keindahan dalam arti luas merupakan pengertian semula dari bangsa Yunani dulu yang didalamnya tercakup pula kebaikan. Plato menyebut tentang watak yang indah dan hukum yang indah, sedangkan Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang selain baik juga menyenangkan. Jadi, pengertian keindahan yang seluas – luasnya meliputi : keindahan seni, alam, moral, dan intelektual.
c.       Nilai Estetik
Nilai estetik adalah nilai yang berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan. Dalam dictionary of sociology and related sciences diberikan perumusan tentang value yang lebih terinci : kemampuan yang dipercaya ada pada sesuatu benda untuk memuaskan suatu keinginan manusia. Sifat dari sesuatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang atau sesuatu golongan.
d.      Membedakan nilai ekstrinsik dan instrinsik
Nilai ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal lainnya (instrumental/contributory value), yakni nilai yang bersifat sebagai alat atau membantu. Nilai instrinsik adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan, atau sebagai suatu tujuan ataupun demi kepentingan benda itu sendiri.
e.       Pengertian tentang kontemplasi dan ekstansi
Keindahan dapat dinikmati menurut selera seni dan selera biasa. Keindahan yang didasarkan pada selera seni didukung oleh faktor kontemplasi dan ekstansi. Kontemplasi adalah dasar dalam diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah. Ekstansi adalah dasar dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan, dan menikmati sesuatu yang indah.[8]
C.    Manusia dan keindahan
Akal dan Budi merupakan kekayaan manusia tidak dimiliki oleh makhluk lain. Oleh akal dan Budi manusia memiliki kehendak atau keinginan yang berbeda dengan hewan. Kehendak dan keinginan manusia bersumber pada akal dan Budi sedangkan hewan bersumber pada naluri. Satu tujuan keindahan yang pasti yakni menciptakan kehidupan yang menyenangkan dan yang memuaskan hati. Kodrat manusia selalu mendambakan sesuatu yang baik, yang dapat menyempurnakan kemanusiaannya. Persepsi manusia terhadap keindahan antara yang satu dengan yang lain tidak sama. Sebab persepsi keindahan sangat ditentukan oleh daya penggerak yang menjadi Sumber timbulnya kehendak atau keinginan terhadap keindahan itu sendiri.[9]
Manusia dan keindahan memang tak bisa dipisahkan sehingga kia perlu melestarikan bentuk dari keindahan yang telah dituangkan dalam berbagai bentuk kesenian (seni rupa, seni suara maupun seni pertunjukan) yang nantinya dapat menjadi bagian dari suatu kebudayaan yang dapat dibanggakan dan mudah-mudahan terlepas dari unsur politik. Kawasan keindahan bagi manusia sangat luas, seluas keanekaragaman manusia dan sesuai pula dengan perkembangan peradaban teknologi, sosial, dan budaya. Karena itu keindahan dapat dikatakan, bahwa keindahan merupakan bagian hidup manusia. Keindahan tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dimanapun kapan pun dan siapa saja dapat menikmati keindahan.[10]
D.    Renungan
toeri – teori dalam renungan:
1.      Teori Pengungkapan oleh filsuf Italia Benedeto Croce (1886-1952)
“Art is an expression of human feeling” (seni adalah suatu pengungkapan dari perasaan manusia).
2.      Teori Metafisik oleh Plato
“seni adalah tiruan dari suatu tiruan lain sehingga bersifat jauh dari kebenaran atau dapat menyesatkan”.
3.      Teori Psikologis oleh Schiller
“asal mula seni adalah dorongan batin untuk bermain-main (play impulse) yang ada dalam diri seseorang”.[11]
E.     Keserasian
Dalam diri manusia terdapat faktor kontemplasi dari ekstasi, oleh karena itu keindahan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Semua manusia membutuhkan keindahan. Dalam keindahan tercermin unsur keserasian dan kehalusan. Keserasian adalah kemampuan menata sesuatu yang dapat dinikmati orang lain karena indah. Keserasian itu dikatakan indah karena cocok, sesuai, pantas, serta keterpaduan beberapa kualitas.
Contohnya : kemampuan menata dekorasi dalam rumah, rias pengantin, cara berpakaian, ataupun taman dengan aneka warna bunga. Dalam penataan itu terdapat keterpaduan beberapa kualitas, yaitu ukuran, warna, tata letak, susunan, macam bahan dalam satu komposisi yang cocok, sesuai dan pantas. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa keserasian pada dasarnya adalah sejumlah kualitas yang terdapat pad suatu penataan. Kehalusan adalah kemampuan menciptakan sikap, perilaku, perbuatan, tutur kata, ataupun cara berbusana yang menyenangkan, menarik perhatian, dan mengembirakan orang lain. Kehalusan itu dikatakan indah karena lemah lembut, rendah hati, sopan santun, baik budi bahasa, beradab, serta bermoral. Contoh dalam pergaulan hidup bermasyarakat, tidak bersikap sombong, menanggapi dengan sabar dan tidak emosi, dan suka menolong orang lain.[12]
Teori-teori Keserasian :
1.Teori Objectif dan Teori Subjectif
Teori Objectif menyatakan bahwa keindahan atau ciri-ciri yang menciptakan nilai estetika adalah sifat (kualitas) yang memang melekat dalam bentuk indah yang besangkutan.
Teori Subjectif menyatakan bahwa ciri-ciri yang menciptakan keindahan suatu benda itu tidak ada yang ada hanya perasaan dalam diri seseorang yang mengamati suatu benda.
2.Teori pertimbangan
Dalam arti yang terbatas yakni secara kualitatif yang diungkapkan dengan angka-angka ,keindahan hanyalah kesan yang subjectif sifatnya dan berpendapat bahwa keindahan sesungguhnya tercipta dan tidak ada keteraturan yakni tersusun dari daya hidup,pengembaraan ,pelimpahan dan pengugkapan perasaan.[13]

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan     :
Keindahan berasal dari kata indah,artinya bagus,permai,cantik,elok,molek,dan sebagainya keindahan identik dengan kebenaran keindahan adalah kebenaran,dan kebenaran adalah keindahan .Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, keindahan pada dasarnya ada pada diri masing-masing manusia secara alamiah.Pada hakikitnya keindahan berkaitan dengan segala benda yang mengandung kesatuan (unity), keselarasan (harmoni), kesetangkupan (symmetry), keseimbangan (balance), dan pertentangan (contrast).Keterkaitan keterpaduan tersebut menghasilkan ukuran, warna, tata letak, susunan, macam bahan dalam satu komposisi yang cocok, sesuai dan pantas.Manusia dan keindahan memang tak bisa dipisahkan sehingga kia perlu melestarikan bentuk dari keindahan yang telah dituangkan dalam berbagai bentuk kesenian. Serta untuk mengetahui keindahan diperlukan renungan dan keserasian.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayati,Nur dan Mawardi. 2009.Ilmu Alamiah Dasar,Ilmu Sosial Dasar,Ilmu Budaya Dasar,Bandung : CV Pustaka Setia
Mustofa,Ahmad. 1999. Ilmu Budaya dasar.Bandung : PT Pustaka Setia
Nugroho, Widyo dan Achmad Muchji. 1996. Ilmu Budaya Dasar. Cetakan V. Jakarta : Gunadarma
Sujarwa. 2001. Manusia dan fenomena budaya. Yogyakarta:  pustaka pelajar
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/ilmu_budaya_dasar/bab5manusia_dan_keindahan.pdf
widagdho, djoko, dkk. 1991. Ilmu budaya dasar. Jakarta  bumi aksara. Hal:  77-78
http://oebudhi.blogspot.co.id/2012/04/manusia-dan-keindahan.html diakses pada tanggal 24 September 2016 jam 04:54 am
http://prima-iamcome.blogspot.co.id/2011/03/manusia-dan-keindahan.html?m=1diakses pada tanggal 24 September 2016 jam 05:10 am
http://nisaboo.blogspot.co.id/2012/03/manusia-dan-keindahan-renungan.html?m=1diakses pada tanggal 24 September 2016 jam 05:22 am




[1]http://oebudhi.blogspot.co.id/2012/04/manusia-dan-keindahan.html diakses pada tanggal 24 September 2016 jam 04:54 am
[2] Mawardi-Nur Hidayati,Ilmu Alamiah Dasar,Ilmu Sosial Dasar,Ilmu Budaya Dasar,Bandung : CV Pustaka
  Setia,2009,hal.141
[3] Joko Tri Prasetya,Ilmu Budaya Dasar,Jakarta :PT Rineka Cipta,1991.hal.75
[4] Sujarwa. 2001. Manusia dan fenomena budaya. Yogyakarta:  pustaka pelajar. Hal: 49-52
[5]Ahmad Mustofa. 1999. Ilmu Budaya dasar.Bandung : PT Pustaka Setia. Hal: 63-64
[6]http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/ilmu_budaya_dasar/bab5manusia_dan_keindahan.pdf
[7] mawardi, nur hidayati. 2000. Ilmu alamiah dasar ilmu sosial dasar ilmu budaya dasar. Bandung : pustaka setia. Hal: 157-161
[8] Nugroho, Widyo dan Achmad Muchji. 1996. ILMU BUDAYA DASAR. Cetakan V. Gunadarma: Jakarta
[9] widagdho, djoko, dkk. 1991. Ilmu budaya dasar. Jakarta  bumi aksara. Hal:  77-78
[13] http://masuk.blogrezzaprawiratama.co.cc/2010/04/nilai-estetik.html diakses pada tanggal 06 Oktober 2016 jam 10:27 am

Sunday, 25 December 2016

MANUSIA DAN KEBUDAYAAN


https://ngelurukilmu.com

BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
               Setiap bangsa memiliki kebudayaan sendiri. Di Indonesia kebudayaan yang ada merupakan perpaduan dari budaya-budaya yang berkembang. Oleh karena itu perpaduan seluruh budaya yang ada dapat disebut dengan budaya nasional.
            Budaya bangsa Indonesia yang sangat kaya yang menggambarkan  jati diri bangsa, saat ini sedang menghadapi tantangan yang sangat dahsyat. Arus budaya pop, terutama yang menyerang generasi muda dan menyerang aspek-aspek kehidupan manusia yang sehat. Budaya yang menyerang generasi bangsa adalah  budaya yang menempatkan materi atau kenikmatan di atas segala-galanya. Masyarakat yang seperti ini adalah masyarakat yang memuja materi yang pada titik ekstrimnya tidak peduli dengan nilai-nilai religius. Masyarakat semacam ini adalah masyarakat yang tenggelam ke dalam kondisi masyarakat komsumen. Mereka dipenuhi oleh keterpesonaan, ketergiuran dan hawa nafsu yang melanda kehidupan masyarakat. Masyarakat yang dikelilingi oleh beberapa benda-benda dan merasakan kehampaan hidup dan kekosongan  jiwa akan makna-makna spiritualitas dan moralitas kemanusiaan.
             Berawal dari hal inilah kami ingin mengetahui lebih dalam tentang budaya yang mendorong kemajuan dan yang menyebabkan kemiskinan.
B.   Rumusan Masalah.
Dalam penulisan makalah ini rumusan masalah yang akan d kaji diantaranya:
1. Apa itu kebudayaan?
2. Hal apa yang menyebabkan adanya perubahan budaya?
3. Apa hubungan Islam dan sosial budaya?
4. Apa saja budaya yang mendorong kemajuan?
5. Apa saja budaya yang menyebabkan kemiskinan?
C.   Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya:
1. Untuk mendiskripsikan pengertian kebudayaan
2. Untuk mengetahui penyebab perubahan budaya
3. Untuk mengetahui hubungan Islam dan sosial budaya
4. Untuk mengetahui budaya yang mendorong kemajuan
5. Untuk mengetahui budaya yang menyebabkan kemiskinan
D. Manfaat Penulisan
    1. Menambah wawasan dan sebagai bahan bacaan.
    2.  Memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar.

BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan dalam bahasa belanda yaitu  cultuur, sedangkan dalam bahasa inggris yaitu culture yang berasal dari bahasa Latin “Colere” yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan.
Dari sudut bahasa Indonesia kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta “buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang bararti budi atau akal.
Pendapat lain mengatakan, bahwa “budaya” adalah sebagai suatu perkembangan dari kata majemuk budi-daya, yang berarti daya dari budi, karena itu mereka membedakan budaya dengan kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa. Kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut.
Prof. M.M Djojodiguno dalam bukunya “Asas-asas Sosiologi (1958) mengatakan bahwa kebudayaan atau”budaya” adalah dari budi, yang berupa cipta, karsa dan rasa.
Cipta adalah keinginan  manusia untuk mengetahui rahasia segala hal yang ada dalam pengalamannya,yang meliputi pengalaman lahir dan batin. Hasil cipta berupa berbagai ilmu pengetahuan.
Karsa adalah keinginan manusia untuk mengetahui dari mana manusia sebelum lahir dan kemana manusia sesudah mati. Hasilnya berupa norma-norma keagamaan atau kepercayaan.
Rasa adalah kerinduan manusia akan keindahan, sehingga menimbulkan dorongan untuk menikmati keindahan. Manusia merindukan keindahan dan menolak keburukan atau kejelekan. Buah perkembangan rasa ini terjelma dalam bentuk berbagai norma keindahan yang kemudian menghasilkan macam kesenian.[1]
Kebudayaan menurut ilmu antropologi adalah keseluruhan sistem gagsan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Maka dapat disimpulkan kebudayaan adalah hasil buah budi manusia  untuk mencapai kesempurnaan hidup, segala sesuatu yang diciptakan manusia baik yang kongkrit maupun abstrak.[2]
B.       Hal yang Menyebabkan Adanya Perubahan Budaya
Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat.
1.      Faktor pendorong perubahan
a.    Terjadinya kontak atau sentuhan dengan kebudayaan lain.
Bertemunya budaya yang berbeda menyebabkan manusia saling berinteraksi dan mampu menghimpun berbagai penemuan yang telah dihasilkan, baik dari budaya asli maupun budaya asing, dan bahkan hasil perpaduannya. Hal ini dapat mendorong terjadinya perubahan dan tentu akan memperkaya kebudayaan yang ada.
b.     Sistem pendidikan formal yang maju
Pendidikanmerupakan salah satu faktor yang bisa mengukur tingkat kemajuan sebuah masyarakat. Pendidikan telah membuka pikiran dan membiasakan berpola pikir ilmiah, rasional, dan objektif. Hal ini akan memberikan kemampuan manusia untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya memenuhi perkembangan zaman, dan perlu sebuah perubahan atau tidak.
c.    Sikap menghargai hasil karya orang dan keinginan untuk maju.
Sebuah hasil karya bisa memotivasi seseorang untuk mengikuti jejak karya. Orang yang berpikiran dan berkeinginan maju senantiasa termotivasi untuk mengembangkan diri.
d.    Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang.
Penyimpangan sosial sejauh tidak melanggar hukum atau merupakan tindak pidana, dapat merupakan cikal bakal terjadinya perubahan sosial budaya. Untuk itu, toleransi dapat diberikan agar semakin tercipta hal-hal baru yang kreatif.
e.    Sistem terbuka dalam lapisan-lapisan masyarakat.
Open stratification atau sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertikal atau horizontal yang lebih luas kepada anggota masyarakat. Masyarakat tidak lagi mempermasalahkan status sosial dalam menjalin hubungan dengan sesamanya. Hal ini membuka kesempatan kepada para individu untuk dapat mengembangkan kemampuan dirinya.
f.     Penduduk yang heterogen.
Masyarakatheterogen dengan latar belakang budaya, ras, dan ideologi yang berbeda akan mudah terjadi pertentangan yang dapat menimbulkan kegoncangan sosial. Keadaan demikian merupakan pendorong terjadinya perubahan-perubahan baru dalam masyarakat untuk mencapai keselarasan sosial.
g.     Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang tertentu
Rasa tidak puas bisa menjadi sebab terjadinya perubahan. Ketidakpuasan menimbulkan reaksi berupa perlawanan, pertentangan, dan berbagai gerakan revolusi untuk mengubahnya.
h.    Orientasi ke masa depan
Kondisiyang senantiasa berubah merangsang orang mengikuti dan menyesusikan dengan perubahan. Pemikiran yang selalu berorientasi ke masa depan akan membuat masyarakat selalu berpikir maju dan mendorong terciptanya penemuan-penemuan baru yang disesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan zaman.
i.      Nilai bahwa manusia harus selalu berusaha untuk perbaikan hidup.
          Usaha merupakan keharusan bagi manusia dalam upaya memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang terbatas. Usaha-usaha ini merupakan faktor terjadinya perubahan.[3]
2.      Faktor Internal
 antara lain:
a.    Bertambah dan berkurangnya penduduk (kelahiran, kematian, migrasi).
b.  Adanya Penemuan Baru:
1)   Discovery: penemuan ide atau alat baru yang sebelumnya belum pernah ada
2)   Invention : penyempurnaan penemuan baru
3)   Innovation atau Inovasi: pembaruan atau penemuan baru yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat sehingga menambah, melengkapi atau mengganti yang telah ada. Penemuan baru didorong oleh : kesadaran masyarakat akan kekurangan unsure dalam kehidupannya, kualitas ahli atau anggota masyarakat.
c.    Konflik yang terjadii dalam masyarakat
d.    Pemberontakan atau revolusi
3.      Faktor eksternal
antara lain:
1. perubahan alam
2. peperangan
3. pengaruh kebudayaan lain melalui difusi(penyebaran kebudayaan), akulturasi ( pembauran antar budaya yang masih terlihat masing-masing sifat khasnya), asimilasi (pembauran antar budaya yang menghasilkan budaya yang sama sekali baru batas budaya lama tidak tampak lagi).[4]
 C.  Islam dan Sosial Budaya
Kehidupan manusia tidak lepas dari perkembangan budayanya. Sejak manusia berada di bumi di situ manusia telah mengembangkan budayanya, yang muncul sebagai interaksi antar anggota masyarakat. Dalam kaitan interaksi antar manusia itu Al-Qur’an menjelaskan :
hai manusia, Sungguh Kami telah menciptakan kamu dari seorng laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal” (QS. Al-Hujurat 13).[5]
Kebudayaan yang berkembang harus disesuaikan dengan ajaran Islam, sebab Islam agama yang multi dimensi yang salah satunya dinyatakan dalam Al-Qur’an :
Bukankah menghadapkan wajahmu ke timur dan barat itu suatu kebajikan, namun sesungguhnya kebajikan iti adalah beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, para nabi, dan memberikan harta yang di cintai kepada kerabat, anak yatim ,orang-orang miskin, musafir, peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam perperangan, mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah 177).
Di satu sisi, ayat tersebut memberi pemahaman bahwa Islam mengharuskan sikap mengabdi yang tulus kepada Allah. Di sisi lain, Al-Qur’an mengkaitkan aspek ritual ibadah keagamaan dengan aspek kemasyarakatan, ibadah muamalah yaitu tanggung jawab sosial untuk membebaskan manusia yang lemah dari belenggu kemiskinan, kesenjangan sosial, ketidak adilan, penyelewengan hak-hak asasi dan sebagainya.
Budaya yang berkembang di dunia Islam saat ini adalah budaya yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam seperti budaya negatif ala Barat.Barat telah menjadi kiblat dalam berseni dan berfikir serta berprilaku. Budaya-budaya negatif ini banyak berkembang. Gambaran budaya merupakan prinsip yang mereka anut. Prinsip hidup mereka adalah materialisme dan hedonisme. Prinsip hidup materialisme adalah segala-galanya, sementara hedonisme adalah yang penting dalam hidup ini merasakan kenikmatan atau bebas menikmati sesuatu meskipun di larang agama. Dalam Islam prinsip seperti ini bertentangan dengan ketauhidan, di mana Islam mengajarkan bahwa Tuhan yang sebenarnya adalah Allah (QS Ali Imran 51) : “Bagi mereka yang menuhankan materi atau kepuasan hawa nafsu terkategori kafir bahkan musyrik dan bagi yang musyrik menanggung dosa tidak terampuni” (QS Al-Maidah 72, QS An-Nisa’ 48 dan 116). Implikasi lain dari paham ini dalah semaraknya seks bebas tanpa menikah. Islam sangat mengangkat harkat dan martabat manusia di bandingkan makhluk lain termasuk hewan. Untuk mengangkat harkat, manusia diberi ajaran atau norma. Islam mengajarkan bahwa ada batasan pergaulan antara laki-laki dan wanita. Manusia yang melakulan seks bebas terkategori zina dan dosanya termasuk dosa besar (QS Al-Isra’ 32).[6]
D.        Budaya yang Mendorong Kemajuan
Kemajuan dan perkembangan yang hanya terbatas pada kemajuan material saja akan menimbulkan kepincangan pada kehidupan manusia. Hidup mereka kurang sempurna, berat sebelah dan batin mereka akan kosong. Akibatnya tidak akan memperoleh ketentraman, ketertiban hidup, melainkan  justru dapat lebih merusak.
Akan hilanglah sifat kebersamaan dan tenggang rasa, karena sagala tindakan manusia akan diperhitungkan seberapa besar tindakan itumenguntungkan dirinya sehingga rasa kemanusiaan akan lenyap, karena saingan hidup sesama manusia.
Sebagai penentu kemanusiaan akal dan budi pasti selalu menuntut suasana yang menggambarkan dijaminnya kemanusiaan tersebut. Wujudnya ialah suatu suasana kehidupan yang ditaburi oleh rasa kasih antara anggota masyarakat sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan, suatu kehidupan yang damai, tentram, bebas dari rasa takut akan pihak lain.
Di satu sisi akal dan budi selalu mengajak berbuat dengan tindakan-tindakan yang sesuai dengan moral, di sisi lain pada manusia ada nafsu yang menyeretnya kepada tindakan yang tidak baik dan merusak kemanusiaan. Namun sesungguhnya nafsu itu tidak selamanya buruk, sebab nafsu itu tidak lebih dari keinginan atau hasrat saja untuk memuaskan atau menyenangkan diri.
Untuk menjadi manusia susila yang berbudaya, manusia yang sadar akan perannya sebagai pengemban nilai-nilai moral, ialah manusia yang selalu berusaha memperhatikan dengan sunggu-sungguh penerangan akal dan budi dan berusaha menaatinya.
FilsufHegel dalam abad ke-19 membahas budaya sebagai keterasingan manusia dengan dirinya sendiri. Dalam berbudaya manusia tak menerima begitu saja apa yang di sediakan oleh alam, tetapi mengubahnya dan mengembangkannya lebih lanjut. Dengan berbuat demikian itu terjadi jurang antara manusia dengan dirinya yang dialami. Itulah yang dimaksud dengan keterlepasan atau keterasingan dan sebagai akibatnya terjadilah ketegangan yang terus menerus mendorong kemajuan itu.
Budaya Barat selain memiliki dampak negatif juga memiliki dampak positif dan perlu ditiru, seperti budaya kerja keras, budaya disiplin, budaya bersih dan teratur serta budaya cinta ilmu dan melakukan penelitian.[7]
Tentang kebersihan hadits menyatakan kebersihan adalah sebagian dari iman.Karena iru kebersihan sangat penting bagi seorang muslim.
Tentang waktu, Allah sendiri bersumpah, “Demi masa sesungguhnya manusia itu dalam kerugian kecuali orang beriman dan senantiasa bekerja dalam kehidupannya.” (QS. Al-‘Asr 1-3). Tentang disiplin dan keteraturan ini terkandung pula dalam ajaran waktu shalat, menunaikan shalat tepat waktunya. Demikin pula ajaran Islam yang menganjurkan menuntut ilmu, sejak dari buaian sampai ke liang lahat, kewajiban menuntut ilmu untuk semua orang laki-laki atau pun wanita (Al hadits).
Ini hanya beberapa contoh dari budaya yang mendorong kemajuan. Budaya-budaya positif ini belum banyak diterapkan umat Islam. Dari segi ajaran Islam sangat kaya, tetapi dari segi aplikasi belum terbukti.[8]
E.  Budaya yang Menyebabkan Kemiskinan
1.  Pengertian kemiskinan.
Kemiskinan pada dasarnya merupakan salah satu bentuk problem yang muncul dalam kehidupan masyarakat. Istilah kemiskinan sebenarnya bukan merupakan suatu hal yang asing dalam kehidupan kita. Kemiskinan yang dimaksud di sini adalah kemiskinan ditinjau dari segi materi, atau dengan istilah lain kemiskinan itu merupakan ketidak mampuan dalam memenuhi kebutuhan pokok sehingga mengalami keresahan kesensaraan, atau kemelaratan dalam setiap langkah hidupnya.
2.  Faktor-faktor penyebab kemiskinan
a.  Pendidikan yang terlampau rendah
    b.  Malas bekerja
c. Keterbatasab sumber alam
d. Terbatasnya lapangan kerja
e. Keterbatasan modal
f. Beban keluarga.
Menurut Klages (1930) budaya merupakan bahaya bagi manusia sendiri. Budaya yang di maksud umpama teknik, peradaban, pabrik berasap, udara yang penuh debu, kota yang kotor, hutan yang makin gundul, dan budi yang tamak. Bagi Klages budaya itu menguasai, menyalahgunakan, menjajah dan mematikan. Klages juga menyimpulkan bahwa manusia memang tak dapat hidup tanpa budaya yang membuat ancaman bagi dirinya sendiri itu.
Adapun yang dikatakan oleh Klages memang ada benarnya juga, yakni di dalam budaya sendiri kadang-kadang termuat kuasa-kuasa yang mengancam dan mampu menyeret manusia ke dalam jurang kerusakan.
Kondisi kehidupan dalam masyarakat sekarang ini adalah subuah kondisi yang di dalamnya hampir seluruh energi di pusatkan bagi pelayanan hawa nafsu kebendaan, kekayaan, kepuasaan seksual, ketenaran, popularitas, kecantikan, kebugaran, keindahan dan kesenangan. Sementara penajaman hati, penemuan kebijaksanaan, peningkatan kesalehan dan pencerahan spiritual hanya memiliki sedikit ruang.
Di dalam kebudayaan ini banyak dikuasa oleh hawa nafsu ketimbang kedalaman spiritual, makan ketika sebuah revolusi kebudayaan yang ada tidak lebih dari pada sebuah revolusi dalam penghambaan diri bagi pelepasan hawa nafsu. Felix Guattari adalah salah seorang dari pemikir yang melihat bahwa kini tidak ada lagi perjuangan yang dapat hidup tanpa menghambakan diri pada pembebasan hawa nafsu. Karena itu, revolusi kebudayaan saat ini mencapai titik ekstrim dan dimungkinkan semakin mempersempit ruang bagi perenungan penghambaan dan pencerahan spiritual. Revolusi budaya ini tengah mengancam budaya bangsa di tanah air.
Budaya ekstasi yaitu suatu keadaan mental dan spiritual yang mencapai titik puncaknya ketika jiwa secara tiba-tiba naik ketingkat pengalaman yang jauh dibandingkan kesadaran sehari-hari tengah mengancam budaya bangsa kita.
Budaya pop anak muda sangat berkembang, ini ditandai banyaknya mereka berilusi, sehingga sering terjebak dengan gaya hidup hura-hura. Kenyataan hidup ternyata tidak busa melepaskan diri dari setumpuk masalah, masalah kegelisahan diri, jiwa yang tidak tentram atau masalah yang berkaitan dengan orang sekitarnya. Untuk menenangkan diri mereka lari ke narkoba.
Akulturasi budaya memang sesuatu yang tidak bisa dielakkan. Budaya Barat memang telah lama ada diadopsi yang mudah diterima oleh bangsa ini. Tetapi ada budaya-budaya yang di landasi oleh kebebasan dan hak asasi seseorang yang tiada batas. Budaya kebebasan ini sering diekspresikan melalui kebebasan wanita dalam berpakaian dan juga gaya hidup bebas antara wanita dengan pria tanpa adanya ikatan perkawinan. Budaya-budaya ini berkembang di Barat, hanya saja di Barat ada banyak budaya yang patut ditiru oleh kita.
Selain itu muncul pula budaya negatif  yang lain yaitu budaya kekerasan. Pembunuhan atau penghilangan nyawa orang kini tidak lagi merupakan sesuatu yang mnengerikan dan menakutkan. Peristiwa ini tidak lagi membangkitkan perasaan sedih atau memandangnya sebagai suatu sikap sadis, tetapi justru menimbulkan kepuasan. Jiwa manusia tidak lebih berharga dari sebatang rokok atau selembar seribu rupiah. Begitu pula kekerasan terhadap wanita. Inilah masyarakat yang tenggelam ke dalam kondisi ekstasi menuju suatu dimensi moralitas yang serba terbalik.
Rasa sosial atau sikap gotong royong juga mengalami pemudaran, artinya rasa gotongroyong masyarakat sudah berkurang, mereka asyik dengan kegiatannya masing-masing yang hanya memberikan dampak ekonomi. Hal ini berdampak pula pada rasa gotong royong  secara kebangsaan. Dahulu dalam menegakkan negara Indonesia di lakukan dengan gotong royong seluruh rakyat. Namun rasa itu nampaknya sudah semakin pudar. Gotong royong masyarakat amat penting, lebih-lebih bagi bangsa yang tengah mengalami krisis. Tetapi bukan bergotong royong dengan cara bersama-sama merusak lingkungan, bukan gotong royong berkorupsi dan bukan pula gotong royong yang sengaja merusak citra bangsa sehingga menjadi bangsa yang kerdil seperti yang dilakukan pada masa lalu.
Munculnya krisis di Indonesia karena konsep gotong royong yang tidak di pahami. Gotong royong di lakukan sekelompok orang yang hamya menginginkan kepuasan yang bersifat individual, dengan cara menguras sumber daya alam dan membuat hutang ke luar negeri.Di tengah bangsa yang di lilit banyak masalah,mestinya mereka terpanggil rasa solidaritasnya untuk menyelesaikan masalah tersebut.[9]
Indonesia juga memiliki budaya yang penuh toleransi. Dalam konstitusi, negara Indonesia menempatkan semua warga negara dalam posisi yang sama, tidak ada diskriminasi pada suatu keyakinan atau kelompok tertentu. Pembinaan toleransi semakin intensif dilakukan, seperti halnya toleransi dalam beragama. Hanya saja konsep ini belum sepenuhnya diterima dan belum menjiwai para tokoh agama. Hal ini di dorong oleh semangat ajaran agamanya yang memerintahkan menyebarkan agamanya dan memberikan kebahagiaan kepada yang memeluknya. Akibat dari belum adanya toleransi agama maka muncullah kerusuhan antar etnis di berbagai tempat, dan memakan korban jiwa dalam umlah yang sangat banyak.
 Budaya lain yang disinyalir telah menggerogoti harta kekayaan negara, yaitu budaya korupsi. Korupsi yang tinggi di Indonesia telah menempatkan pada peringkat ke dua di Asia. Ini sangat ironis, karena terjadi di tengah bangsa yang mayoritas umat Islam dan di tengah umat beragama, di mana semua agama tidak memperbolehkan umatnya melakukan hal tersebut.
Korupsi sudah menjadi budaya, itulah pernyataan seorang budayawan Mochtar Lubis. Korupsi telah menggerogoti sendi-sendi molaritas dan ekonomi bangsa.Perbuatan ini dapat menimbulkan mudarat banyak orang, sehingga akan muncul kemiskinan dan kebodohan dan bahkan mungkin implikasi lain seperti murtat karena kemiskinannya, maka ini memberikan dampak yang sangat besar bagi orang banyak.
Dan begitu pula berkembang budaya sogok menyogok. Seseorang tanpa memiliki kemampuan dapat menduduki posisi tertentu karena hasil dari penyogokan. Satu hadits menyatakan : “Bagi yang menyogok dan di sogok akan mendapaat dosa”
Budaya mistik yang sedang berkembang dapat di katakan sebagai budaya primitif. Mistik sama artinya percaya dengan mitos, sesuatu yang diragukan terjadi atau bahkan sesuatu yang tidak pernah terjadi. Mistik bukan saja menumpulkan otak manusia, bahkan lebih dari itu, mistik semakin meniadakan kemampuan otak manusia. Padahal, dalam sejarah peradaban umat manusia, manusia dituntut agar mengembangkan ilmu pengetahuan dan menciptakan teknologi dan dapat memudahkan kehidupan manusia harus melalui hasil kerja otaknya, artimya menempatkan otaknya pada tempat yang tinggi. Akibat berkembangnya budaya mistik ini memberikan dampak munculnya budaya malas atau budaya tidak disiplin semakin berkembang di tengah masyarakat. Bila budaya ini semakin meraja lela di masyarakat, lambat laun akan membawa kemunduran bangsa ini ke depan.
Bangsa yang penuh dengan mistik akan menonjolkan hal-hal yang tidak masuk akal. Bangsa yang seperti ini tidak akan pernah mencapai kemajuan dalam bidang IPTEK, karena kemajuan iptek mensyaratkan harus menggunakan akal, dan terus menerus melakukan penelitian dan puncaknya tidak akan pernah adaperadaban bangsa Indonesia yang tidak maju. Karena itu perbuatan mistik tergategori dosa besar, dosa yang tidak terampuni, karena menyekutukan Allah. Budaya mistik yang irasional akan melemahkan kekuatan atau kemampuan akal yang di berikan Allah. Hal-hal itu jelas terlarang dalam pandangan Islam, dan termasuk perbuatan syirik.
Budaya lain, yaitu budaya kenduri berkembang pula. Budaya ini bagian tradisi di masyarakat, terutama di masyarakat muslim. Hampir di setiap momen agama atau momen non agama sepanjang tahun di penuhi budaya kenduri. Untuk menjadi seorang muslim tampaknya harus memiliki kekayaan yang banyak karena harus mengikuti budaya kenduri. Hidup miskin di tengah masyarakat yang mengutamakan kenduri sungguh menjadi beban psikologis yang berat, karena bagaimana pun manusia semiskin apapun tidakmau dikatakan ia seorang yang tidak berpunya atau tidak sama dengan orang lain.
Berbagai budaya seperti hilangnya rasa toleransi, hidup individualisme, korupsi, mistik dan kenduri, lalu muncul bentuk budaya lain yaitu budaya konsumtif. Budaya di mana masyarakat yang hanya mampu membeli sesuatu meskipun di paksakan. Atau bagi orang miskin demi gengsi, mengeluarkan sesuatu barang mewah yang kurang bermanfaat dengan cara menghutang melalui kredit atau melalui rentenir dengan bunga uang yang besar. Tindakan ini menyerupai perbuatan setan yang terlarang dalam agama.
Di tengah bangsa yang berkembang, budaya-budaya tersebut mengakibatkan akan berkurangnya penggunaan otak dan lemahnya etos kerja.[10]
  
BAB III
PENUTUP
A.       simpulan
Budaya adalah hasil karya dari budi, yang berupa cipta, karsa dan rasa. Budaya selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu mengikuti perkembangan zaman. Perubahan budaya tersebut di pengaruhi dari beberapa faktor  internal dan eksternal. Begitu juga dengan budaya Indonesia.Budaya bangsa adalah budaya yang menjadi jati diri bangsa, apakah bangsa itu memiliki watak atau karakter yang baik atau tidak.
Budaya yang berkembang di Indonesia saat ini sudah banyak yang bertentangan dengan budaya Islam sehingga nilai-nilai agama dan spiritual telah mulai pudar dalam kehidupan. Sekarang ini yang lebih di pentingkan oleh orang adalah kenikmatan duniawi, mereka berlomba-lomba mengejar kenikmatan duniawi sehingga akhirat terlupakan begitu saja, padahal mayoritas masyarakat negara Indonesia adalah muslim,
   Bangsa Indonesia memiliki budaya yang beraneka ragam, dimana budaya tersebut bisa mendorong terjadinya kemajuan dan menyebabkan kemiskinan. Budaya-budaya itu tidak hanya budaya asli Indonesia tetapi juga ada yang di pengaruhi oleh budaya yang datang dari luar. Budaya-budaya yang datang dari luar perlu di pertimbangkan  sesuai dengan ajaran Islam. Budaya pada dasarnya tumbuh di masyarakat melalui interaksinya, baik melalui TV, internet  maupun berhubungan langsung dengan orang-orang yang berbeda budaya dan keyakinan. Tetapi perlu di filter mana yang baik dan mana yangburuk, serta tidak membawa mudarat dan merendahkan harkat dan martabat manusia itu sendiri.
B.       Saran
   Bangsa Indonesia memiliki budaya yang beraneka ragam dan patut di pertahankan, dan memiliki budaya tinggi yang dapat di kembangkan untuk kemajuan bangsa ini seperti budaya disiplin, bekerja keras, memiliki etos keilmuan yang kini merupakan budaya Barat. Ini menghindari budaya yang merugikan seperti tidak toleransi, korupsi, mistik dan sebagainya. Budaya-budaya negatif ini perlu di tinggalkan sementara budaya positif perlu di kembangkan.
     Untuk itu sebagai manusia yang berbudaya yang di landasi dengan nilai-nilai spiritual, fsebaiknya kita menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat.

DAFTAR PUSTAKA
Widagdho, Djoko.1991. Ilmu Budaya Dasar. Semarang : Bumi Aksara.
Koentjaraningrat. 1979. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Aksara Baru.
Muin, Idianto. 2006. Sosiologi. Jakarta : Erlangga.
TriPrasetya,joko.1991.Ilmu Budaya Dasar.Jakarta :Rineka Cipta.
Indra, Hasbi. 2007. Pendidikan Islam Melawan Globalisasi. Jakarta:Ridamulia.
Gazalba, Sidi.1974. Antropologi Budaya. Jakarta : Bulan Bintang.





[1] Djoko Widagdho, ilmubudaya dasar, bumi aksar, semarang, 1991, hal.18.
[2] Koentjaraningrat, pengantar ilmu antropologi, Aksara baru, Jakarta, 1979, hal.23.
[4] Idianto Muin, sosiologi, erlangga, Jakarta, 2006, hal.26.
[5] Joko Tri Prasetya, Ilmu Budaya Dasar, Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hal.49.
[6] Hasbi Indra, pendidikan islam melawan globalisasi, ridamulia, jakarta, 2007, hal. 18.
[7] Joko Tri Prasetya,.op.cit,hal.47.
[8] Hasbi Indra,.op.cit,hal.52.
[9] Sidi Gazalba, Antropologi Budaya, Bulan Bintang, Jakarta, 1974, hal.17.
[10] Djoko widaghdho.,op,cit.hal.34.